Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2009

Demokrasi - Manajemen Resiko ala Markowitz

Bulan ini dan beberapa hari ke depan penuh dengan perhelatan pesta demokrasi. Pesta demokrasi apa seminar demokrasi? Kedua-duanya sama saja bikin meriah dan mendidik. Pagi ini, seperti biasa jalanan macet. Saya tidak terjebak macet - hanya pengamat kemacetan lewat jendela kamarku, mengingatkan satu subjek matakuliah empat tahun lalu, sambil mengucek mata melihat keluar - itu dia Diversifikasi Portofolio ala Harry M. Markowitz ! Berbicara demokrasi juga mengingatkan kita pada satu tokoh penting bernama John Locke (atau Anda malah teringat salah satu figur DemoCrazy di salah satu stasiun televisi?). Saya mulai mencoba mengingat, apa ada kesamaan antara Locke dan Markowitz. Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan gambar ini. (tidak banyak kesamaan, yang satu botak, berkacamata dan yang satu lagi gondrong, tanpa kacamata - only joke ) Locke seorang penggagas dasar konstitusi demokrasi - pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Ya, penganjur apa yang sedang kita sibu...

Lautan dan Roti

Hidup adalah sesuatu yang menarik untuk disimak. Kita adalah hidup itu dan penyimak itu juga. Selalu ada cara dan kata yang mengalir. Berapa besar oplah semua surat kabar dan halaman media online yang terbit tiap pagi? Belum ada yang menghitungnya! Yang menarik adalah, bahwa mereka punya siklus sebagaimana hidup itu sendiri. Anda seorang seleb, anda selingkuh dan biarkan media meliput kehidupan anda, maka kepingan hidup anda terbentuk, bisa hanya sampai beberapa jam, hari, bulan, bahkan tahun. Terserah anda mau memusingkannya atau tidak. Orang peduli atau tidak peduli - sedasyat apa ledakannya, suatu saat akan menemui akhir siklusnya. Saya terkesan dengan kata-kata Mario Teguh, "hati seperti lautan yang luas, yang menopang langit yang luas". Semua pengalaman selalu ditampungnya, tak kenal itu baik maupun buruk, semua pasti benam di lautan hati. Seberapa luaskah hati itu? Kita tidak tahu berapa luasnya, tetapi volumenya (hati fisik) pastilah terukur. Mendengar kata-kata i...

Lagu Jadul - Lagu Batin

Ada dua lagu jadul (jaman doeloe) yang kudengar dan kunyanyikan hari ini. Sloopy belum juga tidur, ia memandangku penuh tanya. Heran. Karena nada suaraku tidak seperti biasa, lebih panjang dan ya, itu aneh pikirnya. Dia pasti belum mengerti bahwa manusia mengeluarkan suara untuk berbicara dan menyanyi. Lagu jadul yang pertama, mengingatkanku pada ibu nun jauh disana. Apa pulak maksud nun jauh disana? Ya, salah satu lagu yang kerap beliau nyanyikan selagi anak-anaknya tidur pulas ditimang udara subuh yang segar, sebelum matahari mewarnai deretan gunung di kejauhan dan menghijaui daun jambu biji di depan rumahm, sebelum si Nero menyelinap masuk kamar dan menjilat wajahku hingga aku terbangun. Artinya, ibu belum membuka pintu dapur, masih gelap - batang pohon rambutan masih belum jelas terlihat di belakang rumah. Aku hanya anak lelaki kecil kelas dua esde yang sudah menyiapkan pe-er hari sebelumnya, sementara tugas menyemir sepatu bapak sudah berhenti sejak tiga bulan sebelumnya. Karen...

Afirmasi Cinta Diri

I wanna call the stars, down from the sky, I wanna live a day, that never dies, I wanna change the world only for you, all the impossible I wanna do. Baik, anda pasti tahu tepatnya judul lagu itu. Tante manis Diana Ross pelantun yang tiada duanya. Seperti anda, saya juga masih ingat giginya yang kinclong membuat spirit lagu itu penuh di sanubari. Meski saya tidak begitu peduli akan makna lagu ini ketika di bangku sekolah dasar, tetapi saya sempat curi-curi baca majalah Aneka Yess-nya kakak saya karena fotonya dimuat disitu. Agama ketiga dunia ini adalah musik. Maksud saya bukan agama secara harafiah. Kita menemuinya dimana-mana - ketika anda di jalan, di tempat kerja, di kantin atau tempat anda makan siang, di atas kendaraan, dan ketika anda tiba di rumah, musik selalu setia mengiringi anda. Bahkan syair lagu yang kita dengar bisa lebih panjang dari bahan bacaan kita dalam satu hari. Kembali ke When you tell me that you love me. Ada banyak syair serupa, kebanyakan lagu menceritaka...

Mempertanyakan Ide

Dalam ketiadaan ide, ada ide menuliskan ketiadaan ide, dan itu ide juga. Pohon meranggas tertiup angin senja juga ide, sebuah ide yang mengatakan keberadaan angin dan siklus hidup pohon yang meranggas - bukan ubanan. Jika kau menuliskan kata-kata di kotak posting tanpa ide - kecuali keinginan untuk menulis yang tidak jelas dalam pikiran, itu juga ide. Entah apa ide! Melempar pandangan ke jalanan macet dan kebisingan yang sudah biasa merongrong gua telinga juga ide, ide tentang orang-orang modern dengan sifat aneh, orang primitif saja tidak suka kebisingan, masih suka berbisik meski hanya ada dua orang yang berbicara. Dan itu adalah ide yang tidak diperhitungkan ide. Dan sekarang aku harus keluar karena satu pesan singkat yang baru kuterima, dan itu juga ide - untuk melangkahkan kaki ini keluar dan membawa tubuh ini pergi dengan kaki. Lagipula bukankah ini hampir magrib?