
Yang menarik adalah, bahwa mereka punya siklus sebagaimana hidup itu sendiri. Anda seorang seleb, anda selingkuh dan biarkan media meliput kehidupan anda, maka kepingan hidup anda terbentuk, bisa hanya sampai beberapa jam, hari, bulan, bahkan tahun. Terserah anda mau memusingkannya atau tidak. Orang peduli atau tidak peduli - sedasyat apa ledakannya, suatu saat akan menemui akhir siklusnya.
Saya terkesan dengan kata-kata Mario Teguh, "hati seperti lautan yang luas, yang menopang langit yang luas". Semua pengalaman selalu ditampungnya, tak kenal itu baik maupun buruk, semua pasti benam di lautan hati. Seberapa luaskah hati itu? Kita tidak tahu berapa luasnya, tetapi volumenya (hati fisik) pastilah terukur.
Mendengar kata-kata itu, saya jadi teringat satu kalimat yang tidak kalah indahnya dengan ucapan Mario Teguh tersebut. "Jatuhkanlah rotimu ke air, engkau akan mendapatnya lama sesudah itu" - sebuah pasal dari kitab Pengkhotbah. Saya tidak tau pasti apakah kalimat ini persis dengan yang tertulis. Bagi saya, kedua ucapan itu adalah lautan yang luas, seperti atmosfir yang menyedot apa saja yang kita ketahui atau tidak ketahui, kita pahami atau tidak kita pahami, terlihat atau tidak terlihat oleh kita, teraba atau tidak teraba oleh kita. Sesuatu yang bekerja diantara kita, namun kita tidak selalu menyadarinya. Lautan luas, yang menguraikan rotimu, hingga tidak terlihat. Namun kita akan mendapatkannya lama setelah itu.
Itulah yang membuat hidup ini menarik, kata AKAN yang dibaliknya ada dua oknum: proses dan waktu - menurutku...
Comments
Post a Comment