Skip to main content

Lautan dan Roti

Hidup adalah sesuatu yang menarik untuk disimak. Kita adalah hidup itu dan penyimak itu juga. Selalu ada cara dan kata yang mengalir. Berapa besar oplah semua surat kabar dan halaman media online yang terbit tiap pagi? Belum ada yang menghitungnya!

Yang menarik adalah, bahwa mereka punya siklus sebagaimana hidup itu sendiri. Anda seorang seleb, anda selingkuh dan biarkan media meliput kehidupan anda, maka kepingan hidup anda terbentuk, bisa hanya sampai beberapa jam, hari, bulan, bahkan tahun. Terserah anda mau memusingkannya atau tidak. Orang peduli atau tidak peduli - sedasyat apa ledakannya, suatu saat akan menemui akhir siklusnya.

Saya terkesan dengan kata-kata Mario Teguh, "hati seperti lautan yang luas, yang menopang langit yang luas". Semua pengalaman selalu ditampungnya, tak kenal itu baik maupun buruk, semua pasti benam di lautan hati. Seberapa luaskah hati itu? Kita tidak tahu berapa luasnya, tetapi volumenya (hati fisik) pastilah terukur.

Mendengar kata-kata itu, saya jadi teringat satu kalimat yang tidak kalah indahnya dengan ucapan Mario Teguh tersebut. "Jatuhkanlah rotimu ke air, engkau akan mendapatnya lama sesudah itu" - sebuah pasal dari kitab Pengkhotbah. Saya tidak tau pasti apakah kalimat ini persis dengan yang tertulis. Bagi saya, kedua ucapan itu adalah lautan yang luas, seperti atmosfir yang menyedot apa saja yang kita ketahui atau tidak ketahui, kita pahami atau tidak kita pahami, terlihat atau tidak terlihat oleh kita, teraba atau tidak teraba oleh kita. Sesuatu yang bekerja diantara kita, namun kita tidak selalu menyadarinya. Lautan luas, yang menguraikan rotimu, hingga tidak terlihat. Namun kita akan mendapatkannya lama setelah itu.

Itulah yang membuat hidup ini menarik, kata AKAN yang dibaliknya ada dua oknum: proses dan waktu - menurutku...

Comments

Popular posts from this blog

Kita Menurutku

Kita, seperti ulat bulu di mata naga seperti geretan di mata kereta api astaga, baik masinis maupun keretanya punya api dan mengenduskan asap seenaknya tetapi, jangan potong dulu - aku hanya berbicara suatu masa. Kita, seperti semut di mata si mata besar entah apa - namailah sesuai akidah jika engkau ulat bulu, engkau pecinta bulu jika engkau geretan, engkau pecinta geret ngomong apa sih pemuisi? Kita, seperti nyanyian kanon makin usang - makin lupa terekam di kompak disk masa kini atau CD yang usang juga terlampau teknologi Kita, seperti deretan titik membentuk suatu tanda kombinasi tanda dengan tanda penghasil makna jadilah deretan titik yang jelas karena dari itu engkau terbaca.

Setelah kutau warisanku

Setelah semua itu berlalu, aku mengerti setelah hari-hari yang lalu, melewati suka maupun sedih kini kulihat apa maksudnya Kakekku memberitakannya, kasih sayang ayahku mencerminkannya Pamanku juga memberitakannya bahwa, Yehuwa adalah warisanku warisan yang tak tergantikan dengan apa pun sejak kutahu Yehuwa adalah Allahku. Bangsa-bangsa, kemana melangkah? kami datang memberitakannya kami gemar mempercakapkan tentang Yehuwa sebab Ia Allah Yang sejati dari waktu yang tidak tertentu sampai waktu yang tidak tertentu Hai kaum muda, kemana melangkah? Yesus putraNya telah memerintah sebagai Tuan lihat, periksalah kitab-kitab segeralah beri telinga dan hati sebab masa muda adalah masa keemasan masa mengejar perkenan Tuan. Setelah semua itu berlalu aku mengerti bahwa mengenal Yehuwa adalah warisanku kakekku Frederik Sibarani memberitakannya Pamanku Adelbert Sibarani memberitakannya Ayahku mencerminkannya. Tidak ada pendidikan yang lebih baik dari memberi diri dia...

Sifu, Sloopy

Sifu, anak Chen, betina, hilang usia 7 bulan. Sifu punya saudara lain, juga betina diberi nama Sloopy karena senang tidur di atas sandal. Mau sandal bau atau baru tetap jadi tempat tidur favoritnya. Sifu yang selalu setia menemani saya waktu kerja. Jika tidak sedang sibuk dia akan tidur di atas meja, tapi kalau sedang sibuk dia tidur di belakang saya. Jadi saya harus berbagi tempat duduk untuk tempat tidurnya. Ini Sloopy, selain suka tidur di atas sandal juga suka mencari tempat yang agak tinggi alias manjat sana-sini untuk nongkrong. Waktu kecil saya kira bukan anak kucing. Jarang bersuara. Kalaupun mengeluarkan suara - bukan mengeong. Saya sering terbangun dari tidur ketika mereka masih kecil, karena suka melintas dari kepala sampai perut. Mereka kira saya catwalk . Seperti yang anda lihat, Sifu dan Sloopy bukan aristocats atau kucing berdarah ningrat. Mereka hanya anak kucing jalanan yang dititip induknya, karena harus mengikuti siklus hewani - kawin lagi. Banyak inspiras...