Tentangnya, dalam pandanganku,
Ia wanita yang menarik karena menaruh minat pada pengertian, pendengar yang baik lagi perhatian. Ia mencintai keluarga dan keibuan. Ia semakin kucintai karena memperlihatkan kesahajaan, pengasih, menyenangi pemikiran yang dalam dan prinsip kebajikan.
Meski ia mengkuatirkan penampilan dan usianya, aku selalu meyakinkannya bahwa aku selalu ada mencintainya.
Ketika ia merasa tidak sejahtera soal kesehatannya, aku merasakannya.
Ketika orang memperlakukannya dengan buruk, aku turut memikul bebannya.
Ketika ia berduka, aku turut dan ada disisinya.
Ketika ia merasa sendiri, aku selalu berupaya ada, meski jarak memisah.
Kami memulainya dengan sebuah komitmen,
Kami memiliki gambaran tentang keluarga yang akan datang.
Kami memiliki potret tentang anak-anak yang akan kami mohonkan.
Aku percaya padanya tentang kesetiaan, karena aku juga berpegang pada kesetiaan.
Tentangnya dalam pandanganku, ia wanita yang terus terang.
Aku mencurahkan isi hatiku padanya.
Karena aku juga pemerhati dan berupaya selalu mendengarnya.
Hari demi hari aku selalu mengingatnya karena ia menjadi mitraku sekarang dan di masa depan.
Kesepian tidaklah membuatku takluk untuk memperhatikan wanita lain
Atau untuk berpikir mendekati yang lain.
Aku berupaya meyakinkannya tentang jalan yang sedang kupilih
akan jalan hidup yang lebih baik dan bermakna yang akan kami tempuh.
Semua itu kupegang teguh dan jadi harapanku,
Sampai suatu ketika....
Nyatanya ia telah bertindak lain diam-diam.
Ia memilih haluan yang berbeda tanpa mengatakannya.
Ia memilih mimpi lain untuk dirinya.
Ia bermain dalam ketidaksetiaan.
Kini, tentangnya apa lagi yang harus kukatakan?
Aku tak dapat bermitra dengan ketidaksetiaan.
Namun, aku akan terus menempuh jalan ini.
Ia wanita yang menarik karena menaruh minat pada pengertian, pendengar yang baik lagi perhatian. Ia mencintai keluarga dan keibuan. Ia semakin kucintai karena memperlihatkan kesahajaan, pengasih, menyenangi pemikiran yang dalam dan prinsip kebajikan.
Meski ia mengkuatirkan penampilan dan usianya, aku selalu meyakinkannya bahwa aku selalu ada mencintainya.
Ketika ia merasa tidak sejahtera soal kesehatannya, aku merasakannya.
Ketika orang memperlakukannya dengan buruk, aku turut memikul bebannya.
Ketika ia berduka, aku turut dan ada disisinya.
Ketika ia merasa sendiri, aku selalu berupaya ada, meski jarak memisah.
Kami memulainya dengan sebuah komitmen,
Kami memiliki gambaran tentang keluarga yang akan datang.
Kami memiliki potret tentang anak-anak yang akan kami mohonkan.
Aku percaya padanya tentang kesetiaan, karena aku juga berpegang pada kesetiaan.
Tentangnya dalam pandanganku, ia wanita yang terus terang.
Aku mencurahkan isi hatiku padanya.
Karena aku juga pemerhati dan berupaya selalu mendengarnya.
Hari demi hari aku selalu mengingatnya karena ia menjadi mitraku sekarang dan di masa depan.
Kesepian tidaklah membuatku takluk untuk memperhatikan wanita lain
Atau untuk berpikir mendekati yang lain.
Aku berupaya meyakinkannya tentang jalan yang sedang kupilih
akan jalan hidup yang lebih baik dan bermakna yang akan kami tempuh.
Semua itu kupegang teguh dan jadi harapanku,
Sampai suatu ketika....
Nyatanya ia telah bertindak lain diam-diam.
Ia memilih haluan yang berbeda tanpa mengatakannya.
Ia memilih mimpi lain untuk dirinya.
Ia bermain dalam ketidaksetiaan.
Kini, tentangnya apa lagi yang harus kukatakan?
Aku tak dapat bermitra dengan ketidaksetiaan.
Namun, aku akan terus menempuh jalan ini.
Comments
Post a Comment