Skip to main content

Kami pasca Sloopy

Dua tahun kurang belasan hari tak menulis disini. Sloopy tak terdengar ngeongnya setahun lebih. Sekarang ada Ciki, skundiparanya yang gigih menemani meski sudah dibuang 2 kali. Jika ada yang mengatakan bahwa aku memelihara mereka, aku hanya diam. Jika pertanyaan yang sama diulang kembali aku hanya beri jawaban diam, hanya hati yang berkata kami berteman. 

Sekali lagi, sudah dua kali Ciki kubuang beserta anak-anaknya. Merasa bersalah? Tentu saja ya. Setega itu pada mahluk kecil yang tidak menyusahkanku secara pribadi, tapi cukup mengusik kenyamanan tetangga. Sekali-sekali kukatakan padanya, kita penumpang. Namun, Ciki tak peduli. Ada rasa kesal karena diri sendiri belum mampu memperlakukan mereka lebih baik.

Setelah dua minggu di pembuangan, Ciki kembali dengan badan memapan (tipis seperti papan). Ekornya peot, langkahnya reot menggiring anak-anak yang sanggup bertahan sampai tujuan. Aku pikir aku telah bebas dari keluhan tetangga, tapi sekarang dia kembali dengan dua ekor anaknya duduk menatap sayu di anak tangga. Aku mengacuhkannya hampir seminggu kemudian. Jika mereka mau bertahan, bertahanlah sendiri.

Dua bulan berjalan, kedua anaknya terpencar. Aku masih melihat mereka gelandangan di siang hari dan enggan kembali. Mereka telah lupa induk mereka masih di sekitar sini, yang kini sibuk mempercantik diri untuk kawin lagi.

Ah, kucing yang malang. Ah, mahluk yang malang. "Semua datang ke dalam kesia-siaan. Segala sesuatu adalah sia-sia" kata Sang Pengkhotbah. "Apakah yang baik bagi anak-anak manusia sepanjang tahun-tahun hidup mereka?" (pun binatang?)

~~~
Di bulan puasa ini, sore hari aku sering bawakan bubur kacang hijau untuk Ciki. Selera makannya yang belum kutau selama ini. Dia hanya menghabiskan 3-4 sendok, selebihnya untukku. haha. Ciki dalam kesendiriannya semakin pendiam. Merupakan ritual beberapa menit pandang-pandangan denganku atau menggeser-geser dan menggigit kacamataku begitu diletak di atas meja, dia akan turun dan terkapar tidur di lantai.

Belakangan aku sudah tak sibuk lagi memikirkan apa yang dia pikirkan. Aku tak lagi mencari makna dari bahasa tubuhnya, meski aku masih tetap tersenyum olehnya. Sekarang aku sedang sibuk dengan diriku berusaha meretas siklus kebosanan.

Comments

Popular posts from this blog

Kita Menurutku

Kita, seperti ulat bulu di mata naga seperti geretan di mata kereta api astaga, baik masinis maupun keretanya punya api dan mengenduskan asap seenaknya tetapi, jangan potong dulu - aku hanya berbicara suatu masa. Kita, seperti semut di mata si mata besar entah apa - namailah sesuai akidah jika engkau ulat bulu, engkau pecinta bulu jika engkau geretan, engkau pecinta geret ngomong apa sih pemuisi? Kita, seperti nyanyian kanon makin usang - makin lupa terekam di kompak disk masa kini atau CD yang usang juga terlampau teknologi Kita, seperti deretan titik membentuk suatu tanda kombinasi tanda dengan tanda penghasil makna jadilah deretan titik yang jelas karena dari itu engkau terbaca.

Setelah kutau warisanku

Setelah semua itu berlalu, aku mengerti setelah hari-hari yang lalu, melewati suka maupun sedih kini kulihat apa maksudnya Kakekku memberitakannya, kasih sayang ayahku mencerminkannya Pamanku juga memberitakannya bahwa, Yehuwa adalah warisanku warisan yang tak tergantikan dengan apa pun sejak kutahu Yehuwa adalah Allahku. Bangsa-bangsa, kemana melangkah? kami datang memberitakannya kami gemar mempercakapkan tentang Yehuwa sebab Ia Allah Yang sejati dari waktu yang tidak tertentu sampai waktu yang tidak tertentu Hai kaum muda, kemana melangkah? Yesus putraNya telah memerintah sebagai Tuan lihat, periksalah kitab-kitab segeralah beri telinga dan hati sebab masa muda adalah masa keemasan masa mengejar perkenan Tuan. Setelah semua itu berlalu aku mengerti bahwa mengenal Yehuwa adalah warisanku kakekku Frederik Sibarani memberitakannya Pamanku Adelbert Sibarani memberitakannya Ayahku mencerminkannya. Tidak ada pendidikan yang lebih baik dari memberi diri dia...

Sifu, Sloopy

Sifu, anak Chen, betina, hilang usia 7 bulan. Sifu punya saudara lain, juga betina diberi nama Sloopy karena senang tidur di atas sandal. Mau sandal bau atau baru tetap jadi tempat tidur favoritnya. Sifu yang selalu setia menemani saya waktu kerja. Jika tidak sedang sibuk dia akan tidur di atas meja, tapi kalau sedang sibuk dia tidur di belakang saya. Jadi saya harus berbagi tempat duduk untuk tempat tidurnya. Ini Sloopy, selain suka tidur di atas sandal juga suka mencari tempat yang agak tinggi alias manjat sana-sini untuk nongkrong. Waktu kecil saya kira bukan anak kucing. Jarang bersuara. Kalaupun mengeluarkan suara - bukan mengeong. Saya sering terbangun dari tidur ketika mereka masih kecil, karena suka melintas dari kepala sampai perut. Mereka kira saya catwalk . Seperti yang anda lihat, Sifu dan Sloopy bukan aristocats atau kucing berdarah ningrat. Mereka hanya anak kucing jalanan yang dititip induknya, karena harus mengikuti siklus hewani - kawin lagi. Banyak inspiras...