Skip to main content

Mahluk Pencerita


Pagi tadi malas bangun. Sloopy menggaruk-garuk pintu minta dibukakan. Sementara anaknya satu orang nginap di dalam bermalas-malasan. Kami mulai di tempat kerja setengah sembilan, habis sarapan sepiring nasi dan dua sendok tumis sawi. Malas makan pake yang lain.

Pesanan untuk besok pagi sedang diproses (diterjemahkan: red.)mengejar tenggat. Baru menyelesaikan setengah lembar, ngantuk mulai lagi. Oh yeah...sakaw alami yang menyebalkan - datang di tempat yang salah. Dua tiga kali aku tersentak auman kendaraan di luar. Itu berlangsung hanya beberapa detik. Lalu, ngantuk datang lagi, datang lagi dan lagi. Posisi wajah menatap sayu pada monitor, semakin sayu, semakin dekat, hingga kehidupan sekitar jadi sayup, cahaya meredup.

Tapi, kesakaw-an itu tiba-tiba kacauw. Sesosok hitam menempel dikaca mengetok-ngetok dari luar. Ia tertawa sumringah. Deretan gigi putihnya memblur. Haia, aku tau maksudnya. Paling juga mengulang pertanyaan yang sama: "kucingnya bisa ngomong ya?". Pertanyaan pertama kali aku jawab dengan anggukan, pertanyaan kedua kali aku jawab dengan senyum. Pertanyaan ketiga kali aku jawab dengan diam. Dan mungkin ini pertanyaan ke-empat kali, akan kujawab dengan pura-pura sibuk. Tak iso ngacir soale. Antara ingin dan tak ingin kujawab. Ternyata yang kupikirkan itu berbeda.

Gadis kecil itu masih melongok-longok lewat kaca sambil menunjukkan sesuatu di tangannya. Aku tersenyum mentah, seolah memberi isyarat ia boleh masuk, dan ia pun mendekat menunjukkan sebuah diari kecil. Hmmm, paling juga diari milik bibiknya. Tapi hipotesis itu ia patahkan. "Ini sih buku temannya bibikku, tapi dikasih samaku". Tanpa menunggu ia membuka. Aku mulai membacanya terbata-bata. Spontan ia berlari keluar dan melompat-lompat. Lalu kembali masuk. Barisan gigi putihnya makin terlihat, diantara rambut keriting halus. Aku masih saja mencoba membaca,kelihatannya seperti bahasa rusia, banyak zet. Sulit. Aku sudah tidak ingat betul dengan tulisan adik bungsuku sewaktu di bangku es-de. Tapi jenis font yang ini baru kulihat. Origin of species.

-------------------
ini adala cerita temanku
ada temanku yang jahat
diyak adalah eparidah dan nina yolanda
diya yang paling jahat disekolah
dia suruh aku mengambil uang dina itu sangat baik
bersambuk
-------------------

Ia berlari lagi keluar, sejenak hilang di balik tembok memastikan apakah bibiknya memanggil. Sementara itu aku termangu mengoprek isi tulisannya. Sekembalinya aku minta dibacakan. Diam-diam aku mengoreksi apa terjemahan inskripsiku betul. Hmm. My score average 60%. Membaca tulisan teratas salah. Memaknai tulisan terbawah salah. Membaca nama salah.

Kami tertawa.
Tersenyum dan tertawa.

Ia menarik bukunya yang telah meranggas (diari dengan ketebalan sedang, tapi lebih separuh kertasnya telah hilang) dan ingin menunjukkan lebih banyak tulisannya. Tapi seorang pelanggan sudah ada di depan pintu. Ia paham benar, lalu berlari keluar tertawa-tawa.

Gadis kecil kelas dua esde. Selalu demikian. Menertawai dan meneriakiku dari balik kaca.

Comments

Popular posts from this blog

Kita Menurutku

Kita, seperti ulat bulu di mata naga seperti geretan di mata kereta api astaga, baik masinis maupun keretanya punya api dan mengenduskan asap seenaknya tetapi, jangan potong dulu - aku hanya berbicara suatu masa. Kita, seperti semut di mata si mata besar entah apa - namailah sesuai akidah jika engkau ulat bulu, engkau pecinta bulu jika engkau geretan, engkau pecinta geret ngomong apa sih pemuisi? Kita, seperti nyanyian kanon makin usang - makin lupa terekam di kompak disk masa kini atau CD yang usang juga terlampau teknologi Kita, seperti deretan titik membentuk suatu tanda kombinasi tanda dengan tanda penghasil makna jadilah deretan titik yang jelas karena dari itu engkau terbaca.

Setelah kutau warisanku

Setelah semua itu berlalu, aku mengerti setelah hari-hari yang lalu, melewati suka maupun sedih kini kulihat apa maksudnya Kakekku memberitakannya, kasih sayang ayahku mencerminkannya Pamanku juga memberitakannya bahwa, Yehuwa adalah warisanku warisan yang tak tergantikan dengan apa pun sejak kutahu Yehuwa adalah Allahku. Bangsa-bangsa, kemana melangkah? kami datang memberitakannya kami gemar mempercakapkan tentang Yehuwa sebab Ia Allah Yang sejati dari waktu yang tidak tertentu sampai waktu yang tidak tertentu Hai kaum muda, kemana melangkah? Yesus putraNya telah memerintah sebagai Tuan lihat, periksalah kitab-kitab segeralah beri telinga dan hati sebab masa muda adalah masa keemasan masa mengejar perkenan Tuan. Setelah semua itu berlalu aku mengerti bahwa mengenal Yehuwa adalah warisanku kakekku Frederik Sibarani memberitakannya Pamanku Adelbert Sibarani memberitakannya Ayahku mencerminkannya. Tidak ada pendidikan yang lebih baik dari memberi diri dia...

Sifu, Sloopy

Sifu, anak Chen, betina, hilang usia 7 bulan. Sifu punya saudara lain, juga betina diberi nama Sloopy karena senang tidur di atas sandal. Mau sandal bau atau baru tetap jadi tempat tidur favoritnya. Sifu yang selalu setia menemani saya waktu kerja. Jika tidak sedang sibuk dia akan tidur di atas meja, tapi kalau sedang sibuk dia tidur di belakang saya. Jadi saya harus berbagi tempat duduk untuk tempat tidurnya. Ini Sloopy, selain suka tidur di atas sandal juga suka mencari tempat yang agak tinggi alias manjat sana-sini untuk nongkrong. Waktu kecil saya kira bukan anak kucing. Jarang bersuara. Kalaupun mengeluarkan suara - bukan mengeong. Saya sering terbangun dari tidur ketika mereka masih kecil, karena suka melintas dari kepala sampai perut. Mereka kira saya catwalk . Seperti yang anda lihat, Sifu dan Sloopy bukan aristocats atau kucing berdarah ningrat. Mereka hanya anak kucing jalanan yang dititip induknya, karena harus mengikuti siklus hewani - kawin lagi. Banyak inspiras...