Kolibri. Teringat satu judul dalam Apa dan Mengapa, ketika duduk di bangku kelas empat es-de. Mengapa burung kolibri melayang diam di udara? Hanya pikiran yang melayang - apa pendapat Anda ketika berbicara dengan perasaan? Sebutan keras kepala selalu kudengar ketika seseorang mengenalku cukup lama, atau cukup sering membicarakan masalah yang serius. Pada mulanya mereka terkesan karena mudah diajak berbicara, tetapi saat mereka memasuki wilayah tertentu, mereka bisa terhadang dan mesti sedikit susah payah melaluinya. Itu kusebut labirin perspektif.
Aku senang menonton film animasi, dan menjadi Animator adalah salah satu label yang kutulis dalam daftar impianku. Sembari menonton aku bisa berkomentar sedikit kepada orang yang duduk disampingku yang lebih kerap hanya peneman ketimbang jadi penikmat tontonan. Dan perhatian yang menyurut itu tergantikan kegiatan lain, semisal tidur.
Ada banyak yang dilakukan manusia, dan banyak juga yang tidak. Mereka menetapkan batasan waktu, ruang, dan energi yang digunakan bagi diri mereka. Kucingku menikmati bunyi langkah kedatanganku, dan mungkin dia melakukan beberapa aksi ketika bunyi itu merambat di telinga mungilnya. Sekiranya aku seorang magician, aku tidak akan menggunakan satu trik pun untuk mengubah caraku menghampiri Sloopy manis itu. Meski proses menaiki tangga menghabiskan energi puluhan kalori, aku tak akan mengucapkan simsalabim karena dalam sekedip mata aku bisa berdiri di dekatnya. Tidak. Aku menikmati ketika waktu berjalan beberapa detik dan bunyi langkah kakiku tercipta beberapa detik. Dia menikmati mengendap-endap dari persembunyiannya beberapa detik, lalu berlari-lari kecil beberapa detik ketika memastikan itu - aku yang datang. Dan suara kecilnya bermakna komplain atau rasa senang - bagiku tetaplah sebuah bunyi berasa.
Ada banyak gagasan di kepala Anda, yang pada suatu waktu Anda hanya dapat menguntainya dalam pikiran, dan pada lain waktu dalam tulisan atau tindakan. Atau memilih untuk melupakan selamanya. Kita adalah manager pikiran kita. Pikiran itu selalu ingin terus berjalan, tak ingin ada lampu merah menghentikannya. Membicarakan lampu merah mengingatkanku pada suasana emosi. Kemarahan. Jenis emosi yang tidak selalu berarti jelek. Kita dapat menggali tanah lebih dalam, dalam suasana panas maupun dingin. Derajat suhu yang sesuai dengan Anda sendiri dapat membantu kecepatan, ketahanan, dan pencapaian. Pada akhirnya kita tidak mendapatkan parameter pengalaman yang hanya terukur samar oleh rasa, dan perspektif ketika mencoba menangkap bentuknya.
Seorang temanku menitikkan airmata ketika berzikir, dan aku di lain waktu dan tempat ketika mendengar sayup lagu Amazing Grace. Aku sering memikirkan hal konyol dan menghabiskan banyak waktu untuk pertanyaan seperti ini. Mengapa manusia menangis? Pada nomor baris command keberapa saja ada statement "pernafasan sedikit sesak, tenggorokan sedikit berkontraksi, lalu keluarkan air dari mata". Tak dapat kubayangkan berapa banyak bagan alir untuk menuliskan semua macam emosi. Dan apa yang terjadi ketika aku gugup? Ketika suara berderak mengejutkan anda, dan lihatlah bangunan di seberang jalan roboh dan orang-orang tumpah kejalanan. Anda tidak segera bisa mengatakan, ini guncangan gempa atau sebuah misil baru saja menghantam bangunan itu. Begitu cepat pengalaman tiba dan berlalu, begitu cepat perasaan menjalar atau bercokol dalam diri, yang tidak tahu tempat autentiknya. Begitu cepat kata-kata mengalir, begitu cepat aksi menyusul. Lambat atau cepat, senang atau marah, baik atau buruk - akhirnya aku hanya mewakilkannya dengan dua nomina - penabur dan penuai. Ada yang jatuh ke tanah - lalu tumbuh - dan mati - dan tumbuh atau tidak lagi.
Aku senang menonton film animasi, dan menjadi Animator adalah salah satu label yang kutulis dalam daftar impianku. Sembari menonton aku bisa berkomentar sedikit kepada orang yang duduk disampingku yang lebih kerap hanya peneman ketimbang jadi penikmat tontonan. Dan perhatian yang menyurut itu tergantikan kegiatan lain, semisal tidur.

Ada banyak gagasan di kepala Anda, yang pada suatu waktu Anda hanya dapat menguntainya dalam pikiran, dan pada lain waktu dalam tulisan atau tindakan. Atau memilih untuk melupakan selamanya. Kita adalah manager pikiran kita. Pikiran itu selalu ingin terus berjalan, tak ingin ada lampu merah menghentikannya. Membicarakan lampu merah mengingatkanku pada suasana emosi. Kemarahan. Jenis emosi yang tidak selalu berarti jelek. Kita dapat menggali tanah lebih dalam, dalam suasana panas maupun dingin. Derajat suhu yang sesuai dengan Anda sendiri dapat membantu kecepatan, ketahanan, dan pencapaian. Pada akhirnya kita tidak mendapatkan parameter pengalaman yang hanya terukur samar oleh rasa, dan perspektif ketika mencoba menangkap bentuknya.
Seorang temanku menitikkan airmata ketika berzikir, dan aku di lain waktu dan tempat ketika mendengar sayup lagu Amazing Grace. Aku sering memikirkan hal konyol dan menghabiskan banyak waktu untuk pertanyaan seperti ini. Mengapa manusia menangis? Pada nomor baris command keberapa saja ada statement "pernafasan sedikit sesak, tenggorokan sedikit berkontraksi, lalu keluarkan air dari mata". Tak dapat kubayangkan berapa banyak bagan alir untuk menuliskan semua macam emosi. Dan apa yang terjadi ketika aku gugup? Ketika suara berderak mengejutkan anda, dan lihatlah bangunan di seberang jalan roboh dan orang-orang tumpah kejalanan. Anda tidak segera bisa mengatakan, ini guncangan gempa atau sebuah misil baru saja menghantam bangunan itu. Begitu cepat pengalaman tiba dan berlalu, begitu cepat perasaan menjalar atau bercokol dalam diri, yang tidak tahu tempat autentiknya. Begitu cepat kata-kata mengalir, begitu cepat aksi menyusul. Lambat atau cepat, senang atau marah, baik atau buruk - akhirnya aku hanya mewakilkannya dengan dua nomina - penabur dan penuai. Ada yang jatuh ke tanah - lalu tumbuh - dan mati - dan tumbuh atau tidak lagi.
Comments
Post a Comment