Sloopy mendongakkan kepala, dan kedua matanya yang ijo-kekuningan berputar pelan seperti kompas memperhatikanku yang sedang diGoyang Duyu Project Pop. Baik... Siapa bilang aku tak bisa goyang di tempat? Soal ketidakbisaanku banyak. Tapi kalau sampai ada orang yang bilang aku tak bisa goyang, berarti dia cuma butuh cukup waktu untuk aku. Halah, siapa pula yang nanya? Mari kita mulai.

~~ di suatu waktu 1980-an~~
"Unang tangis ho..." Anak perempuan berusia 9 tahun itu merangkul adik laki-lakinya yang belum sempurna benar mengucapkan kata 'mulak'. Dia mengartikulasi kata ini dengan 'muyak' atau dalam bahasa Indonesia 'puyang' - pulang. Ia kemudian mendekapnya sambil menutup kedua daun telinga anak itu dengan kedua telapak tangannya ketika guntur menggelegar.
Sementara itu, si Doli tiarap di atas kursi panjang, hatinya berdebar-debar tak karuan. Bukan karena tersentak ronggur dan kilat ungu yang mendahuluinya begitu cepat melintas, yang belakangan dia terkagum-kagum memahami fenomena ini di bangku esde. Jantungnya bergemuruh karena mengingat ibunya yang belum kunjung muyak dari pargurendean.
Selama ini ronggur adalah fenomena ula-ula ni sibolis atau berhubungan dengan dunia mistik. Meski pengetahuan ilmiah sudah bertebar di seluruh penjuru dunia, namun bagi si Doli saat itu, entah juga kakaknya (kalau tak menyimak penerangan dari guru sekolah) masih menganggap itu sebagai pekerjaan setan atau paling tidak fenomena yang menakutkan. Itu sebabnya setiap kilat lewat, mereka spontan bilang "huuuusss" - sebuah ujaran yang diturunkan oleh neneknya. Bukan itu saja, mereka serta-merta menjulurkan lidah dan kedua jari tengah dan telunjuk mencolek air liur dari situ dan mengoleskannya ke leher. Waktunya nyaris tak sampai satu detik.
"Unang tangis ho..."
Si anak masih menyebut-nyebut muyak. Artinya dia mau ibunya ada di rumah. Sudah dikasih teh manis dan ludes, si anak masih menyebut muyak sambil menangis. Mau dikasih permen, maccammana pulak dapat permen malam-malam hujan lebat begitu? Membuka pintu saja si kakak sudah takut. Takut disittak ronggur. Sidoli tak habis pikir. Dicarinya colokan tivi, bukan Dunia Dalam Berita yang ada dalam pikirannya, tapi hanya untuk menghentikan tangisan si adek. Baru saja dia menarik colokan tivi, si kakak sudah menarik bahunya - melarang. Pesan mamak selalu ingat - tak boleh menghidupkan tivi kalau ronggur datang. Tarbakkar annon.
Dia kembali berbaring di kursi panjang. Lewat jam sembilan. Perut sudah lapar. Ibunya tak kunjung datang. Jauh di hati kecil si doli kecil itu, mengkhawatirkan ibunya. Bukan memikirkan ibunya selingkuh meski sudah menjanda, tapi... bagaimana kalau di tengah jalan ibunya disambar petir? Biasanya, ibu segera pulang, meski hujan badai menerpa. Meski tak bawa payung, meski tak ada mantel plastik, bahkan meski tak ada daun pisang. Grafik emosinya seperti trebel audio kalau anda memutar musik rock. Refrain kecemasannya terus menyentak sebelum ada suara langkah dan ketukan pintu di luar. Bagaimana kalau ibu... bagaimana kalau.... bagaimana kalau... Letih. Akhirnya suara hati itu tenggelam, dan ketiganya tertidur.
Dan, tok..tok...
"Ida.... Ida..." Suara itu milik ibu yang memanggil nama putri panggoaran-nya. Doli membukakan pintu karena kakaknya yang tertidur di lantai belum beranjak. Si adek tak ketinggalan mendapati ibunya. "Tadi, mamak diajak nantulangmu ke rumah oppung Demak, karena tulangmu pulang dari Jakarta. Ini dodol buat kalian..." Si ibu bukannya minta maaf karena anak-anak sudah mencemaskan dirinya. Tidak seperti dalam sinetron, permintaan maaf jarang terdengar dari ibu kepada anak-anaknya dalam tuturan masyarakat Batak. Alasan yang tepat sudah menyiratkan kata maaf atas suatu tindakan. Kedua anak itu menggeleng ketika ditanyai ibunya apakah mereka sudah makan. "Baaahhh..." semprot si ibu. Bukankah makanan sudah ibu siapkan sebelum ibu pergi margurende? Ya, sibungsu memang sudah mereka beri makan. Tapi, melihat ibu tiba di rumah dengan selamat jauh lebih melaparkan dari pada perut lapar.
~~!
Kita semua pernah mengalami kecemasan dan ketakutan.
Kecemasan merupakan tekanan mental diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan mungkin terjadi (bayangan). Namun, kecemasan adalah reaksi normal terhadap tekanan, yang membantu kita dalam menghadapi situasi yang sulit, misalnya di tempat kerja atau sekolah, sehingga kita waspada dan peduli. Akan tetapi jika kadarnya sudah berlebihan dapat digolongkan sebagai kelainan.
Kecemasan ini bisa disertai dengan gejala jantung berdebar, nausea, nyeri dada, napas terasa pendek, sakit lambung, atau sakit kepala. Secara fisik, tubuh mempersiapkan organisme untuk menangkal ancaman. Tekanan darah dan debar jantung semakin meningkat, badan berkeringat, aliran darah pada kelompok otot juga meningkat. Akhirnya fungsi kekebalan dan sistem pencernaan menjadi terganggu. Seseorang yang mengalami kecemasan bisa juga mengalami perasaan panik dan takut.
Kecemasan dan ketakutan apa pun yang kita hadapi, kita harus mengalahkannya. Selain kita sendiri berjuang menguasai ketakutan, kita membutuhkan orang lain disamping kita. Pribadi yang menepuk bahu Anda dan berkata "Aku disini untukmu" atau "Aku percaya kamu atau kita bisa". Saat itu, Anda tidak merasa sendiri. Anda hanya perlu diingatkan untuk mengumpulkan kekuatan mengalahkan ketakutan Anda dalam situasi genting.
Itulah gunanya sahabat. Seseorang yang tidak harus selalu menepuk bahu atau berada di samping Anda. Mungkin dia hanya membagikan strategi perang dan Anda sendiri memutuskan untuk maju. Mungkin dia yang hanya menyediakan gerinda untuk pedang, atau mungkin keduanya. Dan mereka adalah invisible Hands - meminjam istilah Adam Smith - buat kita. Jadi, kalau Anda masih merasa sendiri, temukan banyak teman, karena mereka adalah pribadi baik seperti Anda yang juga mencari teman baik. Bukankah dua kepala lebih baik daripada satu kepala?
~~
Terimakasihku kepada setiap orang yang pernah kukenal - kamu semua berarti bagiku.
Istilah:
disittak ronggur : disambar petir
doli : sebutan untuk anak laki-laki
panggoaran : anak sulung
parguruendean : kelompok olah vokal atau latihan paduan suara di gereja
ronggur : halilintar
unang tangis ho : janganlah kau menangis
ula-ula ni sibolis : pekerjaan iblis
tarbakkar annon: nanti terbakar (lebih tepat matutung annon - pengaruh bahasa Indonesia)
ya, kita lanjutkan setelah yang satu ini.
ReplyDeletehee,hee emang orang tua terkesan pantang untuk minta maaf ya? untung di rumah saya tidak selalu demikian :)
ReplyDeletesalam kenal ya
Terima kasih atas komentar Anda di blog saya. Saya nulis dikit yaa..:
ReplyDeleteSahabat juga..,
yang ikut menangis kala kita berduka..
tertawa jika kita gembira..
tersenyum di saat kita berbuat kebaikan..
senantiasa menegur serta meluruskan di kala kita berbuat kekhilafan dan kesalahan..