Hujan sore ini, ditemani badai sebagai pembuka. Plank-plank sempoyongan, banner bergetar di tempat. Aku menatap keluar menembus kaca yang jarang kulap. Sementara itu Coki berdiri di parkiran terbata-bata menahan pijakan kakinya, rasanya pantatnya juga bergeser sedikit demi sedikit diterjang angin, namun ia tetap berdiri menyaksikan eksyen alam yang mungkin baru pertama ia lihat. Badai, hujan, dan suara gemeretak apa saja yang mampu tergerak olehnya. Tiba-tiba. Paak...pak! (jangan kira ada orang memanggil 'pak', ini hanya tiruan suara). Dua plank akhirnya roboh, lalu terkulai segar bermandi hujan. Coki melonjak seketika, lalu lari menerobos pintu. Tanpa eong ia bertengger di meja, lalu memutar pandangan ke luar. Sekarang ada dua kepala mendongak lewat kaca. Yang satu mahluk yang baru berusia beberapa bulan - dan tentu saja terheran-heran dengan apa yang sedang terjadi, sedangkan yang satu lagi manusia purba yang mungkin sudah ribuan kali melihat hal yang sama. Angin berangs...
sofon ketika ketinekel